Penyalahgunaan Narkoba di Jogja
YOGYAKARTA, (PR).- Kepala Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) DIY Komisaris Besar Polisi Soetarmono mengatakan kontribusi terbesar penyalahgunaan narkoba di DIY adalah pekerja lulusan SMA dan mahasiswa. “Mahasiswa sasaran empuk (jadi pengedar narkoba) karena biar ada bekal untuk kuliah bayar kos dan untuk hidup di Jogja,” kata Soetarmono, Senin, 25 April 2016.
Data penyalahgunaan narkoba di DIY pada 2015 lalu tercatat 60.182 orang. Dari 60.182 orang penyalahgunaan narkoba tersebut, 23.028 orang di antaranya usia muda yang masih coba-coba bersentuhan dengan narkoba, sisanya pengguna yang teratur melalui jarum suntik dan tanpa jarum suntik.
Banyaknya pengguna narkoba di DIY menempatkan DIY dalam rangking ke delapan setelah DKI Jakarta. Namun demikian, Soetarmono menyatakan, data penyalahgunaan narkoba pada 2015 itu sudah berkurang dibanding 2014 yang mencapai 62.028 orang (rangking 5 nasional). Sebanyak 83.952 penyalahguna di 2011, dan 68.981 orang (2008).
Sementara total penyalahgunaan narkoba yang sudah direhabilitasi jumlahnya hanya 1.300an. menurut Soetarmono butuh waktu lima puluh tahun untuk membebaskan DIY dari penyalahgunaan narkoba.
Oleh karena itu, pemberantasan jaringan narkoba terus dilakukan BNNP DIY. Selama 2016 sampai pertengahan april ini, sudah 7 kasus penyalahgunaan narkoba yang diungkap BNNP DIY, dengan total tersangka 15 orang, satu tersangka di antaranya adalah warga Nigeria berinisial NL.
Sementara selama 2015 sampai Juni lalu, BNN DIY telah mengungkap enam kasus penyalahgunaan narkoba yang memiliki jaringan internasional dan nasional. Lima kasus diungkap di tahun 2014, dan dua kasus di tahun 2013.Sebelumnya pada September 2015 lalu, BNNP juga berhasil membekuk warga Nigeria berinisial M di salah satu hotel di Jalan Taman Siswa, Jogja. M ditangkap bersama istrinya berinisial D saat membawa sabu-sabu sebanyak 2,75 kilogram.
Soetarmono mengaperedaran narkoba yang masuk ke DIY dalam jumlah banyak dipasok dari luar negeri, di antaranya dari jaringan Taiwan dan Afrika. Kepastian itu diperoleh dari keterangan jaringan yang sudah tertangkap. “Mengacu pada jaringan Taiwan dan Afrika,” katanya.***